“Mencoreng Muka” untuk Hidup

Seorang Pemuda Tampak Sibuk Mewarnai Mukanya

Ini adalah sepenggal kisah hidup yang Saya dapat saat berkunjung ke tempat wisata museum Kota Tua, Jakarta Barat. Ini tentu bukan kali pertama bagi Saya mengunjungi Kota Tua. Beberapa kali sebelumnya, Saya pernah mengunjungi tempat ini pada malam hari, sore hari, dan kali ini disiang hari yang teriknya minta ampun. Tak banyak tempat yang nyaman untuk menikmati lokasi wisata ini disiang hari. Saya lebih senang menikmati Kota Tua di malam hari. Entahlah itu musik dari pengamennya ataupun kopi panas dari gelas plastiknya.

Kali ini Saya datang dipenghujung berakhirnya masa liburan anak sekolah. Ramai sekali pengunjung yang datang, Kota Tua menjadi sesak dan tidak bersahabat lagi di mata Saya. Karena banyak sekali sampah yang sengaja dibuang oleh pengunjung. Bagi Saya ini merusak cantiknya Kota Tua. 

Namun bukan sampah yang berserakan tersebut yang menjadi inti cerita Saya kali ini, melainkan manusia berkostum unik yang menjamur di Kota Tua, yang tak mungkin tidak menjadi menarik bagi siapa saja yang baru pertama kali mengunjungi tempat ini. Bagi kalian yang pernah mengunjungi Kota Tua pasti tak akan asing lagi melihat manusia berkostum unik yang menjajakan diri kepada pengunjung untuk berfoto bersama dan tak lupa menarik uang bagi pengunjung yang ingin berfoto bersama mereka. Dulu saat pertama kali ke Kota Tua, yang terlintas di kepala Saya saat melihat manusia berkostum unik yang menirukan kostum pahlawan atau noni Belanda atau yang lainnya ini adalah “wah, mereka kreatif”. Namun, pikiran yang sama tak muncul lagi sejak kemarin saat Saya kembali berkunjung ke Kota Tua.

Setelah menikmati makanan di Café Batavia, Saya mencoba menikmati pemandangan disekitar Kota Tua lebih dekat dengan berjalan-jalan di lapangan yang ramai. Pemandangan menarik yang Saya dapatkan saat berjalan-jalan adalah melihat seorang anak muda yang sibuk mendandani muka dan lehernya dengan semacam cairan berwarna hitam. Dibantu oleh seorang teman, akhirnya ia berhasil membuat mukanya berubah hitam. 

Dengan muka hitam tersebut tampak jelas bola matanya berwarna kuning kemerahan, entahlah karena ia memang sedang lelah ataukah ia kesakitan terkena cat hitam yang ditempelkan dimukanya. Sejenak Saya merenung, haruskah seperti ini mereka mencari uang? Toh berperan menjadi seorang tokoh pahlawan tak harus merubah warna muka ataupun kulit lainnya. Teriris rasanya hati ini, saat ternyata kemudian anak muda tersebut memasang kostum berwarna hitam yang baru saja dilepas oleh seorang temannya (temannya melepas pakaian, ia menggunakan kembali setiap item kostum yang dilepaskan temannya). Ternyata mereka kerja dengan sistem shift. Tak mungkin baju tersebut tak berkeringat bekas temannya dan tak ada yang menjamin kebersihan baju itu. Dalam hati rasanya miris sekali, entahlah mungkin jika memiliki kemauan yang lebih, mereka bisa mendapatkan uang dengan jalan yang lain, tak harus dengan mencoreng muka sendiri.

Beberapa pertanyaan yang terlintas di kepala Saya kala itu adalah “apa yang menjadi pertimbangan mereka untuk mencari uang dengan cara tersebut?”; “Bagaimana caranya agar anak muda bisa berkarya dengan jalan yang lebih baik?”. Entahlah. Hidup ini memang pilihan, namun pengetahuan yang dimiliki tentu akan memengaruhi cara kita dalam menentukan pilihan hidup. Selamat berjuang dijalanmu masing-masing wahai anak muda Indonesia, teruslah belajar dan berubah pada kebaikan.
Seorang Teman Mambantu Mewarnai Muka

--------------------------------------------------------------------
Saya (tengah) Berfoto di Cafe Batavia

Tidak ada komentar: