Jakarta, 3 Mei 2015

Selamat malam,

Ah dingin sekali hari ini. Aku sedang duduk di kamar baruku. Aku sedang belajar menata hidupku. Pikiranku terbang melayang jauh sekali, saat tadi telfon ku berbunyi dan tertulis di layar nama kakak laki-laki ku. Ada apa ini ? Ternyata nenek ku meninggal. Sedih ? Ah sudahlah, aku sudah terbiasa sedih sejak papa pergi. Kamu tahu gunung ? Ya, kepergian papa adalah puncak gunung, perasaan sakit yang paling sakit ada di puncak itu. Tapi aku tahu, kekuatan dariNya pasti jauh lebih besar. Toh manusia juga disetting olehNya agar lupa. Kamu tahu lupa ? Lama kelamaan kenanganmu bersama orang-orang tersayang itu akan lenyap, kamu akan melupakan mereka. Minimal, mereka tak akan hadir lagi di pikiranmu setiap saat setiap waktu seperti dulu. Setidaknya begitulah aku memahami kepergian dari orang-orang yang ku sayang.

Kamar ini, tempat ku duduk saat ini akan menjadi saksi baru perjuangan hidupku yang baru. Aku selalu bersyukur dengan apa yang telah digariskanNya untukku. Entahlah setelah ini akan ada tantangan apa lagi ke depannya, setidaknya saat ini aku tak kehilangan akal untuk mencari alasan untuk tetap bersyukur padaNya. Entahlah karna nafas ini masih lapang, entahlah karna selera makan selalu besar, entahlah karna masih bisa telfonan sama mama setiap hari, entahlah karna ada orang seperti iqbal di dunia ini, entahlah. Aku selalu ingin bersyukur, bahkan dalam kesialan ku. Teman teman ku bilang sih aku positive thinker. Aku sih nyaman saja dibilang begitu, aku tidak terlalu banyak peduli dengan perkataan orang lain. Yang penting aku nyaman dengan hidupku.

Lemari pakaian di kamar ini sudah ku gantung dengan pakaian kerja ku. Besok hari pertama ku. Aku senang, walau tidak terlalu senang, tapi yang penting aku siap menerima tantangan. Mungkin begitulah perkataan yang tepat untuk menyatakan perasaanku saat ini. Disamping aku belajar untuk meminimalisir keluhan, saat ini aku sedang belajar untuk bersikap dewasa. Bukan berarti selama ini aku kenakan, tapi aku merasa butuh untuk menjadi lebih dewasa, lebih kuat, lebih tangguh, dan lebih cepat mengambil keputusan. Di depan cermin aku selalu berkata pada diriku sendiri bahwa aku harus menjadi lebih baik lagi, lalu ku akhiri dengan senyuman. Senyum ku tersimpan di dalam hati, melihat setelan baju hitam putih ku di lemari itu.

Teman, tak banyak yang ku ketahui tentang hidup. Tapi mama mengajarkan ku untuk tak pernah patah hati dan terus bermimpi. Mimpi apa lagi sih ? Entahlah, kamu pasti tahu mimpimu. Jeng jeng, sepertinya suhu di kamar ku ini terlalu dingin, dingin yang membuatku sendu. Ah, andai papa masih disini, dia pasti akan menemaniku ke kantor esok seperti dulu mengantarku ke kampus untuk ospek. Ngomong-ngomong soal mimpi, menemukan orang yang seperti papa adalah salah satu mimpiku.

Tulisan ku kali ini adalah yang paling aneh diantara tulisan ku yang lain. Semoga tulisan ini tak menjadi sedemikian aneh saat dibaca anak cucu ku nanti.

Salam,
Suci Marta.