Wow, Melahirkan Sudah di Depan Mata

Selamat sore menjelang malam. Hari ini 3 September 2018. Beberapa hari menjelang 6 September, tanggal pergantian umur saya. Tahun ini menuju 28 tahun. OMG, Saya sudah hidup sejauh ini ternyata, tidak terasa. 

Walau tak terasa, jika diingat-ingat ternyata banyak hal juga yang sudah dilakukan dalam hidup, walau tentunya masih banyak yang belum dilakukan. Bukan itu yang menjadi topik cerita saya kali ini, namun tentang kehamilan yang saat ini sedang saya jalani. 

Hari ini, kandungan Saya memasuki usia 32 minggu. Semakin berat. Saya melihat banyak orang yang aman-aman saja selama masa kehamilannya, ada juga yang menjalani masa hamil yang sulit. Bagaimana dengan saya? Saya yang sedang-sedang saja. Tidak mudah, tidak pula terlalu sulit. Satu hal, saya menikmati kehamilan ini. 

Tak banyak browsing-browsing internet yang saya lakukan selama masa kehamilan. Bukan apa-apa, saya ini penakut. Yang saya lakukan hanyalah kontrol kehamilan sesuai anjuran dokter, beristirahat dengan cukup, dan memaksimalkan makanan yang masuk ke tubuh. 

Dibulan ke-8 ini berat badan saya sudah naik 5 kilogram. Terlihat sedikit ya, tapi jangan salah, saya sudah start dari angka yang tinggi karena saya bukan jenis perempuan berbadan mungil sebelumnya. Hehe. 

Banyak sekali cobaan yang datang saat kehamilan ini. Baik dari pekerjaan, pun juga masalah kesehatan jiwa dan raga. Mengapa saya katakan demikian? Karena memang begitulah yang terjadi. 

Awal kehamilan, saya sering menangis sendiri mengenang kebaikan tuhan karena begitu cepat menumbuhkan bayi di perut ini. Kadang bertanya, apakah saya akan sanggup menjadi seorang ibu kelak. Namun tentulah Tuhan ga akan kasih jika kita tak mampu. Hal sepele begini saja kadang jadi bahan tangisan bagi saya :”)

Tengah kehamilan, saya sering dihadapkan pada orang-orang berkarakter aneh yang tak pernah saya temui sebelumnya, sehingga beberapa kali sempat juga menjadi bahan pikiran. Namun akhirnya selesai sendiri seiring berjalannya waktu, dimana saya memilih untuk melupakannya dan menjadikan pelajaran untuk diri sendiri. 

Memikirkan perangai orang lain hingga mati tak akan mengubah apapun pada diri ini, sehingga jalan terbaik adalah menjadikannya pelajaran agar diri sendiri tak melakukan hal yang sama di kemudian hari. 

Nah, memasuki fase akhir kehamilan ini, saya sering sekali didatangi rasa lelah dan mudah sakit. Beberapa waktu lalu saya terserang flu dan masih sering muncul hingga sekarang. 

Harus diakui, mungkin saya kurang istirahat karena beberapa kegiatan kantor terkait Asian Games 2018 harus dijalankan. Walau tak diberikan beban kerja yang berat selama hamil, saya juga tak mungkin tidak bekerja sama sekali. 

Rasa tidak enak karena harus sering izin tidak masuk kantor, harus saya telan karena keadaannya memang tak mendukung. Disini saya belajar agar lebih bisa memahami keadaan orang lain dan menerimanya tanpa emosi. 

Kadang, kita tak pernah tahu apa masalah hidup orang lain yang berimbas juga pada hidup kita. Namun, jika masih sanggup membantu orang lain saat mereka kesulitan, itu juga jauh lebih baik. Urusan lain-lainnya biar tuhan sajalah yang mengatur. Toh tuhan maha adil dan tidak pernah tidur. 

Saya yakin, setiap wanita hamil punya ceritanya masing-masing. Perempuan hamil yang bekerja seperti saya, sering sekali menghayal betapa enaknya mereka yang hamil tanpa harus memikirkan urusan pekerjaan. 

Ga perlu bingung nyari waktu buat belanja sayur, masak sayur, motongin buah, merhatiin kesehatan diri sendiri dan suami, menyelesaikan urusan-urusan keluarga, dan lain-lain. Tentunya juga ga akan punya kendala lelah fisik yang membuat 24 jam dalam sehari ga cukup-cukup untuk digunakan. 

Tapi, tentu masing-masing kita punya cara berbeda untuk bersyukur. Pastilah, setiap keadaan yang dijalani memiliki kemudahan dan kesulitan masing-masing, tak baik untuk membanding-bandingkan. 

Dalam beberapa minggu lagi, inshaallah kehamilan ini akan selesai. “Semoga anak ini nanti lahir dengan sehat dan selamat”. Harapan yang sering sekali kita dengar hingga hilang rasa akan maknanya. Bagi saya, satu kalimat dalam kutipan di atas tetap dalam sekali maknanya. Mohon doanya yaa. 



Tidak ada komentar: